Wanita adalah kaum perempuan dewasa
atau putri dewasa. Wanita adalah sosok yang tak
bisa lepas dari kehidupan ini, dimana sosok ini
mempunyai perananan yang sangat penting dalam kehidupan.
Wanita adalah mahluk ciptaan Tuhan yang memiliki daya tarik
keindahan tersendiri maka tidak jarang wanita sebagai simbolis keindahan selain
sebagai symbol keindahan wanita juga menjadi lambang ketulusan dan kasih
sayang.
Wanita adalah mahluk yang tercipta dengan unsure feminine yang
mempunyai ciri khas yaitu keibuan, kelembutan dan keanggunan yang mempunyai
karisma. Keagungan wanita sebagai mahluk yang mulia dan senantiasa dihormati
sebagai sosok ibu membuat wanita banyak dipuji dan diagungkan. Ketulusan dan
kemuliaan dari sikap lemah lembut dan kasih sayang wanitalah yang membuat
wanita patut dipuji dan dihormati.
Ketulusan seorang wanita
pula yang menjadi kekuatannya maka benar kata pepatah surga ada ditelapak kaki
ibu karena berada dalam kehangatan kasih ibu adalah suatu kedamaian yang tiada
tara.
Keindahan wanita akan
terpancar dari kemuliaanya yang tidak hanya dilihat dari fisik yang menarik
tetapi juga kelembutan hati dan keanggunan dalam setiap langkah/ perbuatannya.
Kelembutan hati, sifat keibuan, dan keanggunan inilah yang menjadi ciri
tersendiri bagi wanita, wanita adalah mahluk yang lemah lembut serta mempunyai
perasaan yang lebih peka atau sensitive maka dari itu wanita wajib untuk
dilindungi dan dihormati, kemuliaan wanita sebagai seorang ibu akan terpancar
apabila mampu menjadi ibu dan istri yang baik bagi keluarga.
Secara etimologi kata wanita
berasal dari bahasa Sansekerta “wan” atau “svanita”. Wan ini sendiri berarti
menghormat, yang mendapat sufiks hita/ita yang berarti baik, mulia, sejahtera jadi dapat ditarik kesimpulan
bahwa wanita adalah mereka yang mempunyai sifat utama, mulia dan patut
dihormati.
Adapula pernyataan bahwa wanita berasal dari
bahasa Sansekerta “ Sva” dan “Nitha” . Sva artinya “sendiri” dan Nittha
artinya “suci”. Jadi Svanittha artinya “mensucikan sendiri” kemudian berkembang
menjadi pengertian tentang manusia yang berperan luas dalam Dharma atau
“pengamal Dharma”.
Dari sini juga berkembang perkataan Sukla
Svanittha yang artinya “bibit” atau janin yang dikandung oleh manusia, dalam
hal ini, peranan wanita sangat diperhatikan sebagai penerus keturunan dan
sekaligus “sarana” terwujudnya Punarbhava atau re-inkarnasi, sebagai salah satu
srada (kepercayaan/ keyakinan) Hindu.
2.2
Kedudukan Wanita dalam Agama Hindu
Kedudukan wanita dalam Hindu adalah
sangat utama dimana banyak sloka-sloka dalam kitab suci weda yang mengagungkan
wanita sebagai sosok yang paling dihormati mengingat peranan wanita yang begitu
penting. wanita sebagai
miniature surga dan juga madu mantra dan upacara.
Ucapan “sorga ada
ditangan wanita” bukanlah suatu slogan kosong,karena ungkapan itu ditulis pula
dalam kitab Manawa Dharma Sastra III.56 yang menyatakan bahwa dimana
wanita dihormati disanalah para Dewa
senang dan melimpahkan anugerahnya dan dimana wanita tidak dihormati tidak ada
upacara suci apapun yang memberikan pahala mulia, pernyataan ini dipertegas
kembali pada bab III sloka 57 yang bunyinya dimana wanita hidup dalam kesedihan
, keluarga itu akan cepat hancur dan apabila wanita bahagia keluarga
itupun bahagia.
Selain kedua sloka
dalam Manawa Dharma Sastra tadi juga masih ada sloka 58 yang berbunyi apabila didalam rumah dimana wanitanya tidak
dihormati sewajarnya, mengucapkan kata-kata kutukan, keluarga itu akan hancur
seluruhnya seolah-olah dihancurkan oleh kekuataan gaib.
Dari pemaparan beberapa sloka tadi
dapat kita tarik kesimpulan bahwa wanita dalam prespektif agama Hindu sangat
diagungkan selain sloka diatas masih banyak sloka-sloka yang menjelaskan
tentang kedudukan wanita dalam agama Hindu termasuk sloka yang mengatur
kewajiban seorang wanita .
WANITA DALAM
KONSEP RWA BHINEDA
Konsep Rwa Bhineda mengajarkan kita
cara pandang yang bersifat dualitas, yaitu pandangan tentang segaa sesuatu yang
dilihat dari dua sudut pandang seperti baik
dan buruk, benar dan salah, purusa dan pradana , siang dan malam dll.
Adapula kedudukan wanita yang dikaji
dari konsep purusa pradana(ardanareswari) dimana purusa dan pradana ada pada
setiap laki-laki termasuk pula pada diri perempuan. Purusa adalah jiwa dan
pradana adalah raga. Adanya laki-laki dan perempuan adalah bukan untuk
dipertentangkan, tetapi adalah saling melengkapi demi terlaksananya dampati
dalam kehidupan.
Wanita dalam theologi
Hindu bukanlah merupakan serbitan kecil dari personifikasi lelaki, tetapi
merupakan suatu bagian yang sama besar, sama kuat, sama menentukan dalam
perwujudan kehidupan yang utuh. Istilah theologisnya ialah “Ardhanareswari”.
Ardha artinya setengah, belahan yang sama. Nara artinya (manusia) laki-laki.
Iswari artinya (manusia) wanita. Tanpa unsur kewanitaan, suatu penjelmaan tidak
akan terjadi secara utuh dan dalam agama Hindu unsur ini mendapatkan porsi yang
sama sebagaimana belahan kanan dan kiri pada manusia. Sebagaimana belahan bumi
atas yaitu langit dengan belahan bumi bawah yaitu bumi yang kedua-duanya
mempunyai tugas, Kekuatan yang seimbang guna tercapainya keharmonisan dalam
alam dan kehidupan manusia di alam ini.
Wanita adalah ciptaan Tuhan dalam fungsinya sebagai
pradana. Ia juga disimbolkan dengan yoni, sumber kesuburan dan kearifan.
Laki-laki ciptaan Tuhan dalam fungsi sebagai purusa yang disimbolkan dengan
lingga. Oleh karena itu wanita dan laki-laki memiliki tugas yang sama dalam
melaksanakan berbagai bentuk persembahan akan terlaksana, dan perlu diingat
pula karena adanya wanita , ketenangan dan ketentraman akan terwujud. Oleh
karena itu orang yang ingin sejahtera seyogyanya menghormati wanita
Dalam Siwatattwa
dikenal konsep Ardhanareswari yaitu simbol Tuhan dalam manifestasi sebagai
setengah purusa dan pradana. Kedudukan dan peranan purusa disimbolkan dengan
Siwa sedangkan Pradana disimbolkan dengan Dewi Uma. Di dalam proses penciptaan,
Siwa memerankan fungsi maskulin sedangkan Dewi Uma memerankan fungsi feminim.
Tiada suatu apa pun akan tercipta jika kekuatan purusa dan pradana tidak
menyatu. Penyatuan kedua unsur itu diyakini tetap memberikan bayu bagi
terciptanya berbagai mahluk dan tumbuhan yang ada .
Makna simbolis dari
konsep Ardhanareswari menjelaskan lebih rinci tentang kedudukan dan peranan perempuan setara dan
saling melengkapi dengan laki-laki bahkan sangat dimuliakan. Tidak ada alasan
serta dan argumentasi teologis yang menyatakan bahwa kedudukan perempuan berada
di bawah laki-laki. Banyak sloka dalam kitab suci yang menegaskan bahwa.
Laki-laki dan perempuan menurut pandangan Hindu memiliki kesetaraan karena
keduanya tercipta dari Tuhan. Dengan demikian, maka wanita dalam Hindu bukan merupakan sub-ordinasi dari
laki-laki. Demikian pula sebaliknya. Kedua makhluk yang berbeda jenis kelamin
ini memang tidak sama. Perbedaan tersebut adalah untuk saling melengkapi.
Dari konsep Ardhanariswari tersebut
mengisyaratkan bahwa perempuan memiliki kedudukan yang setara dengan laki-laki.
Wanita dalam teologi Hindu bukanlah
tanpa arti. Malahan dia dianggap sangat berarti dan mulia sebagai dasar
kebahagiaan rumah tangga. Di dalam Yayurveda XIV.21 dijelaskan bahwa wanita
adalah perintis, orang yang senantiasa menganjurkan tentang pentingnya aturan
dan dia sendiri melaksanakan aturan itu. Wanita
adalah pembawa kemakmuran, kesuburan, dan kesejahteraan, sebagaimana
tertera pada Yajurveda, XIV. 21.
Hal yang dapat
dimaknai dari uraian di atas wanita adalah mahluk Tuhan yang memiliki
kompleksitas peran dan kemuliaannya sendiri ( religius, estetis, ekonomi,
maupun sosial). Sebagai makhluk religius, dia menjadi sempurna di hadapan
Tuhan, dia juga sekaligus pengatur detail aspek-aspek kerumah tanggaan,
sekaligus sebagai kasir yang jujur untuk keluarga mereka.
WANITA DALAM
KONSEP KOSMOLOGI
Wanita dalam konsep kosmologi memiliki
peranan yang sangat penting. Wanita jika dilihat dari konsep kosmologi sendiri
memiliki posisi yang utama dan special
dimana hanya kaum wanita yang bisa memerankan posisi ini. Wanita dalam konsep
ini mendapat julukan ibu.
Ibu adalah sosok yang telah
melahirkan kita dan juga merawat serta membesarkan kita dengan cinta kasih dan
kelembutannya. Ibu merupakan sosok pahlawan mulia, karena ketulusan dan
kehngatan kasihnya serta doa dari ibu yang senantiasa menyertai anaknya.
Kedudukan wanita dalam kosmologi
Hindu sebagai ilahi dan miniature semesta dimana hal ini
berarti bahwa hanya seorang wanita yang dapat mengandung dan melahirkan anak.
Wanita sebagai garbha ilahi dan
miniature semesta karena hanya wanita
yang dapat mengandung dan melahirkan. Selain itu wanita yang mulia adalah
sasana/singasana para dewa.
Wanita dalam perananya sebagai
seorang ibu memiliki kewajiban yang utama baik bersifat skala maupun niskala.
Secara skala , kewajiban wanita sebagai seorang ibu adalah membimbing anak,
suami, dan menjalankan pekerjaan rumah, menjadi kasir yang mengatur segala hal
yang menyangkut rumah tangga.
Peranan wanita sebagai seorang ibu
adalah mampu mendidik, merawat, menjaga dan melindungi anak. Sedang peranan
wanita secara niskala adalah wanita yang akan mengarahkan keluaraga menuju
kearah dharma. Wanita yang bak diharapkan mampu membimbing keluarga ke jalan
dharma. Dalam kitab Manawa Dharma Sastra disebutkan bahwa wanitalah yang mampu
membawa kesejahteraan dan kedamaian serta mengantarkan keluarga menuju surga.
Contoh peranan wanita secara niskala
yang kita bisa lihat adalah wanita atau doa seorang wanita atau ibu adalah doa
yang paling hebat bagi keluarga dan anak. Kita bisa amati banyak wanita hebat
seperti R.A Kartini, Megawati dll. Dalam Hindu banyak juga mengenal tokoh
wanita mulia dalam kisah Mahabarata dan Ramayana yaitu Drupadi, dan dewi sita,
Savitri dll
Kita bisa amati dalam kehidupan
sehari-hari umat Hindu di Bali, dengan ulet dan tekunnya wanita Hindu melakukan
pemujaan dan membuat sarana setiap hari,
bahkan setiap hari ada doa-doa ibu yang
menyertai dan melindungi kita. Ibu adalah sosok wanita mulia dalam hidup kita
yang wajib kita hormati dan kita hargai.
Komentar
Posting Komentar