Kasih Sayang Seorang Ibu

R E N U N G A N

“ Kasih Sayang Seorang Ibu “
1.      Kebaikan didalam memberikan perlindungan dan penjagaan selama anak didalam kandugan.
Sebab-sebab dan kondisi-kondisi dari banyak tatwa yang menguak tentang kehidupan yang berakhir dalam kandungan menurut “ Weda Parikrama “ bahwa dijelaskan mengenai kemaha kuasaan Ida Hyang Widhi Waca dalam prebhawawan merupakan kekuatan Sang Hyang Nawa Sangga / Sanga. Adapun secara khusus banyak dikupas dalam sastra “ kanda Pat “ Kekuatan Ida Hyang Widhi Waca menyertai roh (atman) manusia sejak embrio / dalam kandungan sampai meninggal dunia untuk sampai menyatu dengan Ciwa dialam Nirwana. Menurut Rontal “Tutur Panus Karma”  nama-nama kanda pat itu berubah-ubah menurut keadaan dan usia manusia.


Usia Manusia

1.

2.

3.

4.

Kanda Pat Rare / Embrio

Karen

Bra

Angdian

Lembana

Kanda Pat Rare / 20 Hari

Anta

Prata

Kala

Dengen

Kanda Pat Rare / 40 Hari

Ari-ari

Lamas

Getih

Yeh Nyom

Kanda Pat Rare / Putus Odel

Mekair

Salabir

Mokair

Selair

Kanda Pat Bhuta / Babu

Anggapati

Prajapati

Banaspati

Banaspatiraja

Kanda Pat Sari / 14 Tahun

Sidasakti

Sidarasa

Maskuina

Aji Purta Petak

Kanda Pat Sari / Berbucu

Podgala

Kroda

Sari

Yasren

Kanda Pat Atma / meninggal

Suratma

Jogormanik

Mahakala

Dorakala

Kada Pat Dewa / menyatu dengan Dewa / Ciwa


Ciwa


Sadaciwa


Paramaciwa


Suniaciwa

Selama kehamilan tujuh minggu, keenam alat indra mulai tumbuh yaitu panca indra + indra keenam, dimana tubuh seorang ibu terasa seberat gunung dan gerakan-gerakan janin laksana angin kencang yang beputar-putar. Baju-baju ibu yang cantik tidak bisa dipakai lagi.

2.      Kebaikan untuk menanggung derita selama kelahiran.
Kehamilan berlangsung sepuluh bulan tak ubahnya sebagai penanggalan Tahun Candra Sangkala dan puncaknya ialah kesulitan dengan semakin dekatnya kelahiran. Sementara itu setiap pagi ibu merasa sakit dan sepanjang hari merasa ngantuk lan lamban. Ketakutan dan kegelisahan sukar dilukiskan, kesedihan dan air mata memenuhi dadanya, dia merasa kawatir mengatakan kepada keluarganya bahwa dia takut akan maut yang menimpa padanya.

3.      Kebaikan untuk melupakan semua kesakitan begitu anak telah lahir.
Pada saat ibu akan melahirkan anaknya, kelima organ semua terbuka lebar yang menyebabkan dia sangat letih dalam badam dan pikirannya. Darah mengalih andaikan seekor domba yang disembelih, tetapi ketika mendengar anaknya terlahir dengan baik dan sehat dia dipenuhi kegembiraan yang berlimpah. Setelah itu kesedihan kembali muncul dari rasa sakit yang mengaduk-aduk bagian dalam tubuhnya.

4.      Kebaikan dari memakan kebahagiaan yang pahit bagi dirinya dan menyimpan bagian yang manis untuk anak.
Kebaikan kedua orang tua sangat besar dan dalam, penjagaan dan pengabdiaannya tidak pernah berhenti, bagaikan tidak pernah istirahat dimana ibu senantiasa menyimpan yang manis untuk anak. Dan tanpa mengeluh menelan yang pahit bagi dirinya. Cinta terhadap anaknya terlalu besar dan emosinya sukar tertahankan, kebaikannya adalah mendalam serta begitu juga kasih sayangnya. Hanya menginginkan anaknya medapat cukup makanan sedangkan ibu yang mengasihinya tidak membicarakan kelaparannya sendiri.

5.      Kebaikan untuk memindahkan anak ketempat yang kering dan dirinya sendiri ditempat yang basah.
Ibu rela berada ditempat yang basah agar dengan demikian anak dapat bahagia ditempat yang kering. Dengan kedua payudaranya dia memuaskan rasa lapar dan haus sang anak. Seorang ibu menutupi dengan kainnya agar anak tidak kedinginan dan kebasahan.

6.      Kebaikan menyusui anak pada payudaranya dan memberikan makan serta memelihara anak.
Ibu yang baik adalah bagaikan bhumi yang besar, Ayah yang tegar laksana langit yang mengasihi. Yang satu melindungi dari atas, yang lainnya adalah menujang dari bawah. Sedemikian rupa kebaikan orang tua sehingga mereka tidak benci dan tidak marah terhadap anaknya dan tetap menyukainya sekalipun anak terlahir lumpuh. Sesudah ibu mengandung anak dalam kandung dan melahirkannya sehingga orang tua secara bersama-sama memelihara dan melindunginya sampai akhir hayat mereka.

7.      Kebaikan dari membersihkan yang kotor.
Mula-mula ibu mempunyai wajah yang cantik dan tubuh yang indah, semangatnya kuat dan bergelora, Alis matanya ibarat daun Willow hijau yang segar, warna kulitnya bagaikan mawar merah jambu, tetapi kebaikan ibu amatlah mendalam sehingga dia melepaskan wajah yang cantik. Sekalipun mencuci yang kotor merusak badannya, ibu yang baik bertindak hanya untuk kepentingan putra-putrinya. Dan dengan rela menerima kecantikannya yang memudar.

8.      Kebaikan dari selalu memikirkan anak bila dia berjalan jauh.
Kematian dari orang tua yang dicintai sukar terlukiskan penderitaannya, tetapi terpisah dari yang dikasihi juaga sangat menyakitkan. Bila anak berjalan jauh, ibu merasa kawatir dirumahnya. Dari air mata berderai jatuh dari matanya ibarat monyet menangis diam-diam demikian cinta yang dalam seorang ibu pada anaknya dimana sedikit-demi sedikit hatinya hancur.

9.      Kebaikan karena kasih sayang yang dalam dan pengabdian.
Alangkah besarnya kebaikan orang tua dan gejolah emosionalnya ! …… Kebaikannya mendalam dan sukar membalasnya, dengan rela mereka menderita untuk kepentingan anaknya. Bila anak bekerja berat orang tuapun merasa tidak senang, dan begitu orang tua tidak senang bila mendengar bahwa dia akan berjalan / pergi jauh. Mereka kawatir bahwa pada waktu malam yang anak terbaring kedinginan bahkan kesakitan di tempat lain yang menyebabkan orang tua lama susah hati.

10.  Kebaikan dari rasa kasihan yang dalam dan simpati.
Kebaikan orang tua adalh besar dan penting, perhatiannya yang lemah lembut tidak pernah berhenti dari saat mereka bangun setiap pagi, pikiran mereka adalah selalu pada anaknya. Apakah anak-anak nya dekat atau jauh,….. orang tua selalu memikirkan mereka, sekalipun seorang ibu hidup lebih dari seratus tahun.

Demikianlah suatu renungan yang semestinya harus dikaji dan dicermati untuk bisa menghargai betapa rasa kasih dan sayang seorang ibu dan ayah kepada putra-putrinya semua,……… Dan mungkin dapat dirasakan sulit untuk bisa membalasnya.

Rambu-rambu untuk menghindari seorang anak berbuat dosa terhadap seorang ibu dan ayah bahkan kepada sesama dan menurut hubungan “ Tri Hita Karana “ . Sumber Sastra yang dapat dikumpulkan diantaranya :
·         Panca Srada yaitu Lima keyakinan umat Hindu antara lain :
o   Widhi Tatwa          : Percaya pada Ida Sang Hyang Widhi Waca.
o   Atma Tatwa           : Percaya adanya Roch leluhur.
o   Karmapala             : Percaya pada hokum sebab akibat atau hasil perbuatan.
o   Samsara                 : Percaya adanya Renkarnasi atau kelahian berulang-ulang.
o   Moksa                    : Bebas dari ikatan keduniawian.

·         Tri Kaya Parisudha            yaitu Tiga kelompok besar yang patut dijaga diantaranya :
o   Manacika               : Pikiran yang benar.
o   Wacika                  : Berkata yang benar.
o   Kayika                   : Berbuat yang benar.

·         Catur Purus Artha yaitu Empat tujuan hidup.
o   Dharma                  : Kebaikan dijalan Ida Sany Hyang Widhi Waca.
o   Artha                     : Pemenuhan Ikatan Duniawi bersifat fisik non fisik.
o   Kama                     : Kenikmatan hidup Duniawi.
o   Moksa                    : Kebebasan abadi terlepas dari ikatan duniawi.

·         Catur Marga yaitu Empat jalan manusia bersujud pada Ida Hyang Widhi Waca.
o   Bhakti Marga         : Pasrah terhadap Ida Sang Hyang Widhi Waca melalui Yadnya.
o   Karma Marga         : Bekerja demi kedamaian dan yadnya.
o   Jnana Marga          : Belajar mengetahui kebesaran Ida Sang Hyang Widhi Waca.
o   Raja Marga            : Melakukan Tapa-bhrata atau Yoga-Semadi.
·         Catur Asrama yaitu Kehidupan Manusia dibagi menjadi empat tahap diantaranya :
o   Brahmacari                        : Masa menunutuk Ilmu Pengetahuan.
o   Grahasta                : Masa berumah tangga.
o   Wana Prasta           : Masa-masa mensucikan diri.
o   Saniasin                 : Masa menjadi seorang rochaniawan.

·         Yamabrata yaitu Usaha-usaha mengendalikan diri diantaranya :
o   Anrsama                : Tidak egois atau munafik.
o   Ksama                   : Memaafkan.
o   Satya                      : Jujur.
o   Ahimsa                  : Tidak menyakiti.
o   Dama                     : Sabar.
o   Arjawa                   : Jujur.
o   Pritih                      : Welas asih.
o   Prasada                  : Berpikir suci.
o   Madhurya              : Bermuka manis.
o   Mardawa                : Lemah lembut.

·         Nyamabrata yaitu Janji pada diri-sendiri untuk melakukan dharma diantaranya :
o   Dana                      : Dermawan.
o   Ijya                                    : Bersembahyang.
o   Tapa                      : Mengekang nafsu jasmani – rochani.
o   Dhyana                  : Sadar pada kebesaran Ida Sang Hyang Widhi Waca.
o   Swadhyana                        : Belajar.
o   Upasthanigraha      : Mengendalikan nafsu sex pertemuan kama bang – kama Putih.
o   Brata                      : Mengekang indrya.
o   Upawasa                : Mengendalikan nafsu makan – minum.
o   Mona                     : Mengendalikan tutur kata.
o   Snana                     : Menjaga kesucian lahir dan bathin.

·         Sadripu yaitu mengendalikan enam musuh yang ada pada diri sendiri diantaranya :
o   Kama                     : Nafsu.
o   Lobha                    : Tamak.
o   Kroda                    : Marah.
o   Mada                     : Mabuk.
o   Moha                     : Angkuh.
o   Matsarya                : Iri hati.
·         Sadatatayi yaitu menghindari enam kekejaman diantaranya :
o   Agnida                   : membakar.
o   Wisuda                  : Meracun.
o   Atarwa                   : Menenung.
o   Satragana               : Merampok.
o   Dratikrama             : Memperkosa
o   Rajapisuna             : memfitnah.
·         Saptatimira yaitu Menghindari kemabuk-mabukan diantaranya :
o   Surupa                   : Mabuk karena ketampana atau kecantikan.
o   Dana                      : Mabuk karena kekayaan.
o   Guna                      : Mabuk karena Pandai atau cerdas.
o   Kulina                    : Mabuk karena Wangsa atau Trah / kebangsawanan.
o   Yowana                 : Mabuk karena Remaja.
o   Kasuran                 : Mabuk kepada kemenangan.
o   Sura                       : Mabuk kaena minuman keras.
Bila seorang anak telah terlanjur berbuat dosa-dosa maka untuk meringankan beban, sebaiknya mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada pada kitab-kitab suci weda atau rontal-rontal yang tentunya memberi acuan agar bisa berbuat yang baik sesuai denga dharma sesana.

Tiada kata terlambat untuk belajar dan berbuat baik.

Diambil dari sumber :
“ Griya Agung Darbhasari Pancasari “
Email : Darbhasari374@gmail.com Telp. 085 739 914 799 – 085 858 035 329



Komentar